November : Rindu, Kamu, Kenangan


Memasuki bulan November, pergantian musim mulai berganti. Jika di bulan – bulan sebelumnya adalah kemarau, maka November menyambut kita dengan Hujan. Bagi banyak masyarakat, kedatangan hujan menjadi sebuah anugerah dan rasa syukur.

Momen menyambut hujan banyak dirayakan oleh warga masyarakat melalu social media. Tidak sedikit orang yang memposting kalimat sebagai bentuk perayaan pada datangnya hujan turun. Antusiasme pada hujan juga terlihat pada tweet – tweet di Twitter, bahkan #Novemberrain menjadi trending atas di Twitter.

Banyak warga twitter memposting kisah – kisah mereka mulai dari tweet lucu, kisah galau, inspiratif, juga cerita galau seputar percintaan. Kisah percintaan menjadi sangat menarik dan banyak di retweet oleh warga twitter. Berikut beberapa kumpulan tweet – tweet galau seputar percintaan oleh warga twitter yang bisa kalian baca:


 Wah emang benar ya, Novemberain identik dengan rindu. Ya, hujan mempunyai caranya tersendiri untuk mengingatkan kembali segala yang telah berlalu.

Kala itu, menepi di tengah derasnya. Bukan karena sudah tidak mampu melawan, namun semua ini pasti ada muaranya. Kita tidak pernah meminta untuk saling menyisakan, menyisakan memori untuk diputar kembali, takdir yang melakukan semua itu. Bicara rindu, bicara sendu, keduanya sama. Hanya rasa dan prasangka yang terdengar di setiap rintiknya.

Sama halnya dengan kisah yang telah usai, semua berasal dari kisah yang bahagia. Langit yang muram, awalnya ada terik matahari. Bukankah kisah kita demikian jua? Kini kita sampai di Novemberain, bagiku ini cukup untuk isyaratkan rindu yang mendalam.

Tidak ada yang salah dari Novemberain, hanya aku yang tidak dapat membendungnya. Klise memang, hanya karena air yang jatuh berkali-kali, semuanya seolah datang kembali. Layaknya hujan yang tau kapan harus jatuh, tidaklah hanya sekedar jatuh, semua ada proses hingga akhirnya jatuh.
Sama halnya dengan kita, sebelum rindu, kita pernah saling menghargai dan menjaga yang ada, sebelum hilang. Tidak apa-apa semua terjadi untuk sebuah alasan. Tuhan menghadirkan sejuknya Novemberain. Manakala itu harus disertai dengan bayang-bayang sendu, setidaknya kita pernah baik-baik saja kala itu.
            “Hujan,
Orang berkata kau begitu menyejukkan
Namun bagiku kau manifestasi kerinduan
Tanpa sengaja suasana ini menjebakku dalam pikiran”

-Novemberain dengan yang tak terduga-
-Sahara Isra A-
November 2019

November telah dimulai. Bagaimana ya kabar hatinya? Apakah bak-baik saja? November ini diawali dan ditemani dengan guyuran hujan. Sejuk, nyaman, dan merindukan, kapan kali terakhir sejak aku bisa merasakan kenyamanan ini.

Novemberain. Bulan ini diawali dengan hujan, yang membuatku kembali teringat tentangnya, ketika aku dan dia dipertemukan karena hujan. Siang itu langit sedang mendung, kami memang sengaja bertemu karena harus membahas projek ujian akhir kami di sebuah warung dekat kampus. Hujan deras tiba-tiba datang dan membuat kami mengurungkan niat untuk pulang. Alhasil, aku kembali duduk bersamanya. Awalnya canggung memang, aku tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya dia yang memulai percakapan.

            “Lihat deh hujannya, jatuh”, katanya.
            “Loh, ya iya lah jatuh, haha”, jawabku.

Kami tertawa saat menyadari betapa gajenya dia. Tapi tak apa, aku suka dan sejak saat itulah, aku jadi suka...hujan. Aku menyadari bahwa hujan telah memberiku waktu untuk bersamanya lebih lama. Dan kali ini, Novemberain telah membawaku kembali ke masa itu, ketika aku dan dia masih baik-baik saja.

Sejak sore itu, kami jadi sering berkomunikasi melalui Line, dan entah kebetulan atau apa, kami mempunyai hobi yang sama, ya kami sama-sama suka menyanyi, terlebih lagi, dia juga jago bermain gitar. Tak mustahil jika aku dan dia pernah bernyanyi bareng di kelas.

Novemberain telah berhasil membuatku mengingat kenangan itu, bukan hanya kenangan manisnya, tetapi juga kenangan pahitnya. Karena saat hujan pulalah, dia memberiku luka. Aku memang sudah jarang sekali chat dengannya, bahkan sudah tidak pernah lagi. Apakah dia sudah bosan denganku? Semudah itukah? Dia memang sedang dekat dengan salah satu teman sekelasku. Lalu, bagaimana denganku? Aku sudah seperti orang asing baginya, tak pernah disapa, apalagi mengobrol. Aku sendiri tidak tahu di mana letak kesalahanku..

Ketika Novemberain tiba, kenangan manis bersamanya terlintas kembali dipikiranku, mungkin saja hanya aku yang masih menyimpan kenangan itu, dan saat meilhat hujan aku berkata dalam hati.
“Hari ini hujan, kamu jangan hujan-hujanan. Nanti kalau hujan-hujanan kamu bisa sakit. Nanti kalau kamu sakit, siapa yang nyakitin aku.”

Terimakasih Novemberain, kamu telah membuatku mengingat kembali kenangan lalu yang  sudah terkubur, tak perlu ku sesali, bagaimanapun juga aku pernah bahagia karena kenangan itu.

Penulis : Emira
13 November 2019

Benarkah? Aku tidak bisa setuju.  Novemberain ini. Jika cinta adalah sebuah ketulusan, mengapa harus berkorban? Pengorbanan dan ketulusan adalah dua hal yang berbeda. Dalam mencinta, dibutuhkan sebuah ketulusan sehingga cinta akan menjadi nyata.

Novemberain mengingatkan kita akan sejuta kisah cinta penuh ketulusan dalam hujan yang terjadi. Seorang kekasih saat berteduh diantara hujan, rela kedinginan, melepaskan jaketnya untuk orang yang dicintainya. Seorang ayah rela, berlari menembus derasnya hujan, untuk menjemput puterinya sekolah. Seorang sahabat mampu berdiri diantara rintik hujan, menggenggam tangan sahabatnya, merengkuh pundaknya, menemaninya menangis.

Semua itu adalah sebuah ketulusan. Perasaan bahagia ketika kita melakukan sesuatu untuk orang yang dicintai, meskipun kita harus mendapatkan kesulitan ketika melaluinya, semua itu dapat terjadi karena kita tulus mencintai seseorang.

Sujiwo Tejo pernah berkata bahwa didalam sebuah cinta, tidak perlu berkorban. Jika kita berkorban, maka kita sudah tidak mencintainya lagi. Karena, tidak ada ketulusan didalamnya.

Lalu bagaimana dengan berkorban untuk kebahagiaannya? Saat kita harus meninggalkan seseorang demi kebahagiannya, tidakkah itu sebuah pengorbanan? Tidak. Itu juga adalah sebuah ketulusan. Karena ketika kita jatuh cinta, maka kita ingin melihat seseorang yang kita cintai bahagia. Jika melepaskannya adalah sebuah jalan terbaik, maka cinta yang tulus akan mampu melepaskan.

Ya, memang akan menjadi begitu sulit dan menyakitkan untuk kita. Tetapi, saat kita melihatnya tersenyum, akan datang waktu dimana kita akan ikut tersenyum atas kebahagiaannya. Cinta itu perihal mengikhlaskan. Jika kita ikhlas, maka kita tidak akan pernah merasa berkorban.

Novemberain mengingatkanku akan kisahku saat ini. Kisah tentangku yang jatuh cinta kepadanya setulus hati. Kisah yang tidak akan pernah bisa dimulai. Mengapa tidak dimulai? Tidak, karena seperti inilah bagaimana aku jatuh cinta kepadanya. Dengan memendamnya, maka aku mampu mempertahankan kebahagiaannya dan kebahagiaan orang – orang disekitarnya. Apakah aku tersakiti? Ya. Tetapi aku tidak pernah mengatakan aku mengorbankan diriku sendiri. Aku melakukannya dengan ketulusan, sehingga seberat apapun itu, aku mampu melakukannya.

Novemberain selalu mengingatkanku betapa cinta bisa begitu menarik. Ada berjuta cinta yang ditunjukkan orang – orang kepada siapapun yang dicintainya. Seperti hujan yang datang tanpa membawa kabar jelas, cinta juga datang tanpa pernah bertutur sapa. Ia datang hanya membawa pertanda, tanpa kepastian. Ketika tiba, ia bisa menjadi begitu menyejukkan, juga bisa menjadi begitu menyakitkan. Cinta dan hujan bisa menjadi kawan, juga bisa menjadi lawan. Hujan selalu menjadi saksi cinta membawa kebahagiaan, kesakitan, penyesalan, bahkan kenangan.

Penulis : Arum
13 November 2019
Editor : Arum